Anda tentu pernah mendengar cerita legendaris Robin Hood? Ksatria dermawan yang membagi-bagikan hartanya kepada wong cilik—meski sebagian hasil curian. Dia mencuri harta hasil jarahan dari hartawan. Dia bak penjahat bagi para perompak, tapi di ujung sana, pahlawan bagi masyarakat banyak.
Tentu apapun versinya, bagaimanapun jalan ceritanya. Kisah heroik seseorang dalam memenangkan hati rakyat pastilah menyentuh hati.
Tak terkecuali Joko Widodo dan Dahlan Iskan kini.
Bila Robin Hood berderma ‘menunggangi’ kantong orang kaya. Tidak menggunakan kocek sendiri. Dahlan Iskan dan Joko Widodo menyempurnakan cara Robin Hood. Mereka tidak menggunakan cara-cara Robin Hood untuk mendapatkan pundi-pundi. Sebagai pengusaha, mereka rela merogoh kocek sendiri demi berbagi kepada yang lebih berhak.
Sebagai pengusaha, mereka cukup sukses melewati fase entrepreneurship. Mereka memulai usaha nyaris tanpa campur tangan penguasa. Merintis kerajaan bisnis media massa dan furniture dari nol. Sukses yang digapai mereka tentu tak lepas dari cucuran keringat dan derai air mata. Secara berseloroh bisa dikatakan mereka telah lulus sebagai pengusaha. Kini mereka tengah diuji oleh kekuasaan.
Alih-alih menumpuk harta, tengoklah Jokowi yang tak pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai Walikota Solo. Semuanya disumbangkan. Dahlan Iskan lebih gila, sudah gaji tidak diambil, rapat-rapat dikurangi, mobil dinas tidak dipakai, malah acapkali keluar uang pribadi untuk membiayai segala terobosannya. Tercatat, dia pernah menjanjikan mobil bagi pegawai BUMN yang mampu menelurkan ide terbaik.
Namun mereka manusia juga, sama seperti kita. Pasti tersentuh khilaf dan alpa. Karena saya percaya, kesempurnaan penciptaan manusia itu justru pada ketidaksempurnaannya. Setiap kekaguman terhadap seseorang, saya selalu berusaha menyisakan ruang untuk menerima kekurangannya. Sebagai obat untuk rasa kecewa.
Gebrakan masif Dahlan membuahkan interpelasi dari DPR. Dan keterlibatan Jokowi di Kiat Esmeka berujung ketidaksukaan sebagian kalangan yang merasa telah membesarkan Esemka. Demikianlah, pasti ada angin yang akan menguji kekokohan sebuah pohon.
Tentu apapun versinya, bagaimanapun jalan ceritanya. Kisah heroik seseorang dalam memenangkan hati rakyat pastilah menyentuh hati.
Tak terkecuali Joko Widodo dan Dahlan Iskan kini.
Bila Robin Hood berderma ‘menunggangi’ kantong orang kaya. Tidak menggunakan kocek sendiri. Dahlan Iskan dan Joko Widodo menyempurnakan cara Robin Hood. Mereka tidak menggunakan cara-cara Robin Hood untuk mendapatkan pundi-pundi. Sebagai pengusaha, mereka rela merogoh kocek sendiri demi berbagi kepada yang lebih berhak.
Sebagai pengusaha, mereka cukup sukses melewati fase entrepreneurship. Mereka memulai usaha nyaris tanpa campur tangan penguasa. Merintis kerajaan bisnis media massa dan furniture dari nol. Sukses yang digapai mereka tentu tak lepas dari cucuran keringat dan derai air mata. Secara berseloroh bisa dikatakan mereka telah lulus sebagai pengusaha. Kini mereka tengah diuji oleh kekuasaan.
Alih-alih menumpuk harta, tengoklah Jokowi yang tak pernah mengambil gajinya selama menjabat sebagai Walikota Solo. Semuanya disumbangkan. Dahlan Iskan lebih gila, sudah gaji tidak diambil, rapat-rapat dikurangi, mobil dinas tidak dipakai, malah acapkali keluar uang pribadi untuk membiayai segala terobosannya. Tercatat, dia pernah menjanjikan mobil bagi pegawai BUMN yang mampu menelurkan ide terbaik.
Namun mereka manusia juga, sama seperti kita. Pasti tersentuh khilaf dan alpa. Karena saya percaya, kesempurnaan penciptaan manusia itu justru pada ketidaksempurnaannya. Setiap kekaguman terhadap seseorang, saya selalu berusaha menyisakan ruang untuk menerima kekurangannya. Sebagai obat untuk rasa kecewa.
Gebrakan masif Dahlan membuahkan interpelasi dari DPR. Dan keterlibatan Jokowi di Kiat Esmeka berujung ketidaksukaan sebagian kalangan yang merasa telah membesarkan Esemka. Demikianlah, pasti ada angin yang akan menguji kekokohan sebuah pohon.
Di Indonesia, saya yakin sangat banyak sosok seperti mereka namun luput dari liputan media. Karena media terlanjur jatuh cinta kepada adagium: bad news is good news. Kitalah yang berpeluang mengoreksinya.
Bila Jokowi telah selangkah memantapkan hatinya untuk mengabdi sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dahlan Iskan tampaknya tinggal menghitung hari untuk mengikuti jejak Jokowi. Mereka akan menjadi figur pengusaha yang diuji kekuasaan. Berhasilkah mereka melewati ujian kekuasaan, seperti yang didengungkan Lincoln, “Hampir semua pria mampu bertahan menghadapi kesusahan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan”.
Bila Jokowi telah selangkah memantapkan hatinya untuk mengabdi sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dahlan Iskan tampaknya tinggal menghitung hari untuk mengikuti jejak Jokowi. Mereka akan menjadi figur pengusaha yang diuji kekuasaan. Berhasilkah mereka melewati ujian kekuasaan, seperti yang didengungkan Lincoln, “Hampir semua pria mampu bertahan menghadapi kesusahan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan”.
Refrensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar