“Obama umur 48 sudah jadi Presiden AS, mengapa Ayah umur 50 baru jadi Kepala Desa ?” Pertanyaan sederhana seorang anak kepada ayahnya ini, sepintas bak sebuah lelucon yang mengundang senyum geli. Namun bila dikaji lebih jauh sebenarnya memiliki kedalaman makna bila dikaitkan dengan pengembangan potensi diri. Cakupan permasalahan yang ditangani Presiden AS dan kepala desa sangat tidak sebanding, baik menyangkut luas wilayah maupun jumlah penduduknya. Sehingga substansi pertanyaan anak tersebut sebenarnya adalah mengapa kemampuan ayahnya dalam menangani masalah lebih rendah dibandingkan orang yang lebih muda ?
“Kemampuan manusia kan berbeda-beda dan ada batasnya !” Begitu alasan yang kemudian akan dimunculkan. Alasan yang benar tapi tidak selalu tepat. Benar sebab memang demikian keadaannya, tidak tepat karena perbedaan dan batas kemampuan manusia adalah sesuatu yang abstrak. Baru bisa disimpulkan setelah yang bersangkutan melakukan usaha secara maksimal. Banyak kejadian seorang yang prestasi akademisnya sewaktu di SD dan SMP biasa-biasa saja, bisa berkembang menjadi mahasiswa teladan ketika kuliah. Sebaliknya yang sebelumnya menjadi bintang pelajar sewaktu di SD dan SMP malah kemudian drop out kuliah.
Kuncinya jelas bukan karena kemampuannya berubah, tapi lebih pada perkembangan pribadi dalam mengatasi berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Ada yang semakin bisa mengelola keterbatasannya ada yang tidak, sehingga seolah-olah sudah mencapai puncak kemampuannya untuk kemudian stagnan atau malah justru menurun. Di sinilah perlunya kemampuan didukung oleh kemauan agar bisa memberikan hasil yang optimal.
Pembangunan Meningkat, Saluran air Menyenpit???
Banjir adalah tamu rutinan yang sering bertamu ke rumah kita di setiap musim hujan datang. Adakah yang mengetahui penyebabnya???. Tahukah anda, salah satu penyebab terjadinya bencana ini sebagian besar akibat ulah tangan kita sendiri. Selain kebiasaan yang saudah melekat dalam diri kita seperti buang sampah sembarangan, malas membersihkan lingkungan dan lain-lain. Dan yang kita tidak sadari adalan pembangunan tempat tinggal kita!. Pasti anda bertanya-tanya kenapa salah satu penyebabnya adalan tempat tinggal kita????.
Coba kita perhatikan sejenak pertumbuhan pembangunan yang ada di sekitar kita. Rumah, Jalan, Gedung dan lain-lain banyak yang mengorbankan luas aliran kali atau sungai. Makin lama sungai kita makin sempit karena pelebaran jalan, pembangunan rumah di bantaran kali, pembangunan gedung yang tidak memperhatikan penghijauan dan titambah lagi dengan sampah, limbah yang setiap harinya bukan berkurang tapi malah bertambah yang terdapat di aliran kali atau sungai yang dimana pelakunya adalah kita sendiri. Pantaslah di setiap musim hujan datang kita selalu bertamu dengan banjir, penyakit dan lain-lain akibat dai ulah kita. Coba kita berfikir, aliran kali atau sungai yang ada makin lama makin sempit, sedangkan jumlah debit air yang dia tamping masih tetap sama, kalau di persempit otomatis kali atau sungai tersebut tidak bisa menampung dan akhirnya air yang seharusnya mengalir di aliran kali atau sungau tersebut mengalir di pemukiman rumah kita.
Dari peristiwa ini kita sudah tidak adil terhadap aliran kali atau sungai. Kita menghancurkan tempat tinggal ikan-ikan kecil dan mahluk lainnya yang seharusnya bisa tinggal di aliran kali atau sungai tersebut karena sudar kotor dan bau akibat limbah dan sampah yang terus ada di setiap harinya.
Hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah menperbaiki nilai guna dari saluran air yang telah kita rebut fungsi dan kegunaan demi untuk terpuaskan kepentingan kita semata. Mulai untuk tidak mencemari sungai dan kali dengan tidakmembuang sampah dan limbah yang bisa membahakan diri kita, alam maupum mahluk lain yang hidup di dalamnya.
Gedung menjualang tinggi Terlihat Bagus, Hutan kita Hangus??????
Di era yang semakin modern ini banyak kita temui proyek-proyek pembuatan gedung-gedung pencakar langit di kota maupun di daerah perdalaman. Terkadang kita merasa bangga akan megah dan bagusnya gedeng-gedung itu di buat, padahal ada banyak mahluk yang kehilangan tempat tinggal bahhkan mati akibat pembangunana ini. Apakah kita pernah memikirkan tentang hal itu????
Korban dari hal yang sering kita banggakan itu adalah mahluk yang berperan penting bagi kehidupan kita dan kehidupan mahluk lain bahkan bagi kehidupan seluruh mahlu bumi. Siapakah dia????. Ya, benar sekali, “Hutan” adalah korban dari apa yang sering kita banggakan itu, sekarang makin rusak dan makin sedikit jumlahnya di permukaan bumi. Dampak dari itu tidaklah sedikit yang merasakannya. Bencana, kerusakan bahkan kematian yang di alami mahluk lain.
Tanah longsor, banjir, punahnya habitat hewan dan tumbuhan, dan yang lebih buruk lagi adalah makin buruknya global warming yang di alami oleh seluruh mahluk yang ada di bumi. Kenapa saya bisa mengatakan seperti itu karena saya sendiri merasakan perubahan yang sangat signifikan dari beberapa tahun yang lalu. Mulai dari cuaca yang tidak beraturan yang dimana dulu mulai dari bulan September sampai april itu adalah musim penghujan. Sedangkan bulsn Mai sampai agstus itu musim kemarau. Tapi apa yang terjadi sekarang, pada siang hari panas mencengat, dan di sore harinya hujan deras dan angin ribut. Itu membuktikan bahwa bumi protes, menunjukan ketidak adilan terhadapnya. Pertanyaannya sekarang apakah kita sadar akan hal itu????.
Hal yang mungkin kita bisa lakukan adalan menanam kembali hutan yang telah kita rebut fungsi dan kegunaanya. Menggunakan lahan-lahan kosong untuk penghijauan agar makin mengurangi dampak dari global warming dan berhenti dalam merusak ekosistem alam, karena kalau bukan kita siapa lagi??????????????????
Beberapa Analogi bahwa Akal Manusia mempunyai Keterbatasan !!!
1. Andai kita hidup di abad 17 dan bilang bahwa manusia bisa terbang seperti burung, dia pasti gila. Tapi di abad 21, orang gila adalah justru orang yang mengatakan bahwa manusia nggak bisa terbang! Kenapa bisa gitu? karena abad 17 belum ditemukan pesawat…
2. Bisakah 10.000 buah buku dimasukkan ke kantung baju Anda? Kalo abad 19, jelas nggak bisa. Tapi sekarang? Hei, jangankan 10.000 buku, 1 juta atau kalau mau 100 juta buku pun masuk ke dalam sebuah chip komputer yang ukurannya nggak lebih daripada korek api!
Bentuk Presentasi : Click Me!
Video :
Kesimpulan :
Sebagai sebuah ilustrasi, kemampuan manusia bisa diibaratkan seperti kemampuan sebuah toples untuk menyimpan kue kering. Kalau langsung diisi dengan kue-kue kecil begitu toples penuh tidak bisa diisi dengan kue yang lebih besar, sehingga hanya satu jenis kue kecil yang bisa diwadahi. Tapi jika toples diisi kue dengan ukuran yang lebih besar dahulu, akan beragam ukuran kue yang bisa ditampung dalam toples. Ketika kue ukuran besar sudah tidak bisa masuk lagi, kue ukuran yang lebih kecil masih dimasukkan di sela-sela kue yang lebih besar, begitu seterusnya sampai toples benar-benar penuh terisi kue-kue dengan beragam ukuran.
Sumber :
http://achmadmarzoeki.blogspot.com/2010/01/mengatasi-keterbatasan.html
http://www.slideshare.net/Riska_21/keterbatasan-manusia
http://www.youtube.com/watch?v=TCMNof9gNsk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar